Pages

Welcome to My Blog

Thank's For Ur coming........
Hope you'll enjoy it

Jumat, 06 April 2012

Laporan unit SISTEM PENCERNAAN


I.      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap bagian dari tubuh kita, mulai dari organ-organ hingga sel sekalipun membutuhkan nutrisi untuk menunjang aktivitasnya, nutrisi ini diperoleh  dari apa yang kita konsumsi, tepatnya dari apa yang kita makan sehari-hari. Makanan yang kita konsumsi dalam bentuk yang besar, sedangkan sel memerlukan nutria dalam bentuk zat-zat yang berukuran sangat kecil, nah bagaimana sehingga makanan yang kita makan tersebut dapat sampai ke dalam sel-sel tubuh kita? Yah, tentunya dengan proses pengolahan dan pencernaan makanan.
Pencernaan makanan bertujuan untuk mengubah substansi makanan menjadi suatu  bentuk yang ukurannya kecil dan larut dalam air, sehingga dengan mudah menembus usus dan dapat segera digunakan oleh sel untuk sintesis sel-sel baru, dan menghilangkan kemungkinan  adanya sifat antigenic dari substansi makanan utamanya protein.  Proses pencernaan makanan terlebih dahulu dilakukan di dalam mulut, sebagaimana yang kita ketahui di dalam mulut terdapat saliva atau ludah, yang komposisinya teridiri dari: air 99%, garam-garam, protein, enzim (ptyalin dan maltase), lender atau mucus yang berupa glikoprotein, pekat cairnya saliva tergantung dari rangsangan yang datang, selain itu juga terdapat enzim amylase yang bertugas mengubah pati / karbohidrat  menjadi gula sederhana.
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana proses kerja dari enzim amylase, maka diadakanlah  praktikum  dimana kami akan mengamati  proses kerja dari enzim amylase ini, dengan menggunakan air liur sebagai bahan uji coba.
B.     Tujuan Praktikum
1.      Untuk mengetahui proses kerja enzim amylase

II.   TINJAUAN PUSTAKA
Pencernaan makanan bertujuan untuk mengubah substansi makanan menjadi suatu  bentuk yang ukurannya kecil dan larut dalam air, sehingga dengan mudah menembus usus dan dapat segera digunakan oleh sel untuk sintesis sel-sel baru, dan menghilangkan kemungkinan  adanya sifat antigenic dari substansi makanan utamanya protein (Wulangi, 1993)
Menurut  Pagarra & Adnan (2010), Sistem pencernaan makanan dibangun oleh pembuluh-pembuluh yang sangat muskuler dimulai mulut sampai anus yaitu: 
1.      Rongga mulut
2.      Farink
3.      Eshopagus
4.      Lambung
5.      Usus halus, tediri dari duodenum, jejunum, dan ileum
6.      Usus besar  terdir dari kolon dan rectum
7.      Usus buntu
Enzim adalah satu atau gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalisator (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis beraksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian dipercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan karena struktur kimia tiap-tiap enzim berbeda dan bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa (Anonim, 2011)
Pada manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga mulut setiap hati, terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks karbohidrat protein) yang disebut musin yang melindungi lapisan lunak rongga mulut dari kerusakan akibat gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah ditelan. Ludah mengandung buffer (dapar atau penyanggah) yang membantu mencegah pembusukan geligi dengan cara menetralkan asam dalam mulut. Zat anti bakteri dalam ludah juga akan membunuh banyka bakteri yang memasuki mulut melalui makanan           (Kimball, 2000).
Kelenjar aksesoris sistem pencernaan mamalia adalah tiga pasang kelenjar ludah (salivary gland), pankreas, hati (liver), dan organ penyimpanannya, kantung empedu (gallbladder). Dengan menggunakan manusia sebagai contoh, saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut, oeophagus, ventrikulus, intestin, dan anus. Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dari dalam mulut. Selama pengunyahan, geligi dengan berbagai ragam bentuk akan memotong, melumat, dan menggerus makanan yang membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan dan meningkatkan luas permukaannya. Kehadiran makanan dalam rongga mulut akan memicu refleks saraf yang menyebabakan kelenjar ludah mengeluarkan ludah melalui duktus (saluran) ke rongga mulut. Bahkan sebelum makanan sesungguhnya berada dalam mulut, ludah bisa dihasilkan sebagai hasil antisipasi karena adanya hubungan yang telah diketahui antara makan dan waktu dalam satu hari, aroma masakan, ataua rangsangan lain (Poedjiadi, l994).
Pencernaan karbohidrat adalah sumber energi kimia utama tubuh, dimulai dalam rongga mulut. Ludah mengandung amilase ludah  (salivary amilase), enzim pencernaan yang menghidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan) dan glikogen (polimer glukosa dari hewan). Produk utama dari pencernaan oleh enzim ini adalah polisakarida yang lebih kecil dan disakarida maltosa (Campbell, 2002)

III.METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Hari/tanggal    : Senin / 9  Mei  2011
Waktu             : Pukul 07.30 s.d 09.10 WITA
Tempat            : Laboratorium Biologi FMIPA UNM lantai III Bagian Timur.
B.     Alat dan Bahan :
1.      Alat :
a.       Gelas aqua
b.      Gelas kimia
c.       Gelas ukur
d.      Tabung reaksi
e.       Rak tabung reaksi

f.       Plat tetes
g.      Pipet tetes
h.      Termometer
i.        Lemari pendingin



2.      Bahan :
a.       Air liur
b.      Aquades
c.       Larutan kanji 1% dan 5 %

d.      Larutan buffer pH 4, pH 7 dan pH 9
e.       Larutan oidine
f.       Alkohol 70%

C.     Prosedur Kerja
1.      Kegiatan I (pengaruh suhu terhadap kerja amilase)
a.       Mengisi empat tabung reaksi dengan air liur sebanyak 3 ml
b.      Memberikan label pada empat tabung reaksi tersebut. Tabung I dengan 4o, tabung II dengan 25o, tabung III dengan 37o. dan tabung IV dengan 70o.
c.       Meletakkan tabung I kedalam lemari es, tabung II ke dalam air kran, tabung III kedalam penangas air 37o dan tabung IV kedalam penangas air 70o selama 10,15dan 30 menit.
d.      Setelah 10 menit tambahkan 5 ml larutan kanji pada masing-masing tabung lalu masukkan kembali ketempat semula.
e.       Menganbil sedikit sampel pada setiap waktu yang ditentukan dan meletakkannya diplet tetes kemudian menambahkan larutan iodine
f.       Mencatat hasilnya dengan memberi tanda positif (+) untuk reaksi positif dengan warna biru dan tanda negative (-) warna merah
2.      Kegiatan II (Pengaruh pH pada kerja amylase)
a.       Memberi sampel pada setiap tabung reaksi dan meletakkannya dirak tabung reaksi
b.      Memasukkan 3 ml air liur kedalam tabung reaksi
c.       MEnambahkan 3 ml larutan buffer pH 4 kedalam tabung I, 3 ml larutan buffer pH 7 kedalam tabung II, Larutan Buffer pH 9 ke dalam tabung III dan 3 ml aquades ke dalam tabung 4.
d.      Kosoklah tabung dan meletakkannya dalam penangas air 37o C selama 10 menit.
e.       Menambahkan larutan kanji 1% ke dalam masing-masing tabung
f.       Mengaduk dan memasukkan kedalam penangasa air selama 5 menit.
g.      Mengambil sampel pada waktu 5 menit, 15 menit, dan 30 menit dan mengujinya dengan menambahkan iodine.
3.      Kegiatan III (pengaruh substrat pada keja amylase)
a.       Memberikan label pada 12 tabung reaksi dan meletakkannya pada rak tabung reaksi
b.      Memasukkan larutan kanji 1 % ke dalam tabung 1 - 5 masing-masing 1 ml, 2ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml.
c.       Memasukkan larutan kanji 5 % ke dalam tabung 6 - 10 masig-masing 1   ml, 2ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml dan 10 ml.
d.      Memasukan 5 ml aquades pada tabung ll dan 5 ml lakohl 70 % pada tabung 12
e.       Mengocok tabug-tabung tersebut dan meletakkan pada penangas 37oC selama 10 menit
f.       Mengambil sampel dari masing-masing tabung pada lima menit pada saat 1 menit, 5 menit dan 10 menit dan menetesinya dengan reagent iodine pada cawan Petri.




IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Pengamatan
1.         Kegiatan I
Table pengaruh suhu terhadap kerja amilase
Tabung
Suhu
Reaksi
Keterangan
1
4 C
+
Hijau
2
25 C
+
Hijau
3
37 C
+
Hijau kecokelatan
4
70 C
-
Kuning kemerahan

2.      Kegiatan II  (Pengaruh pH pada kerja amylase)
Tabung
Buffer
5 menit
15 menit
30 menit
1
pH 4
+
+
_
2
pH 7
+
+
_
3
pH 9
+++
++
+
4
Aquades
++
+
_

3.      Kegiatan III (pengaruh substrat pada keja amylase
Tabung
Substat
Jumlah substrat (mL)
1 menit
5 menit
10 menit
1
Kanji 1 %
1
Orange ++
+
+
2
Sda
2
+
+
Biru tua ++
3
Sda
3
++
+
++
4
Sda
5
+
++
+
5
Sda
10
++
+
+
6
Kanji 5 %
1
+
++
Biru tua
7
Sda
2
+
Biru tua ++
Biru
8
Sda
3
++
++
Biru tua
9
Sda
5
+
Hitam
Hitam
10
Sda
10
+
Abu-abu
Abu-abu
11
Aquades
5
++
+
+
12
Alcohol
5
-
-
-

B.     Pembahasan
1.      Kegiatan I (pengaruh suhu terhadap kerja amilase)
Pada kegiatan I,  pengamatan yang dilakukan adalah mengamati pengaruh suhu terhadap kerja amilase . Pada perlakuan pertama, dimana tabung reaksi yang berisi air liur dan larutan kanji  ditempatkan pada suhu 4 C (pendingin). Setelah beberapa saat (5 menit) diberi reagen iodine maka peruabahn warna yang muncul adalah warna hijau (+), warna hijau ini berarti enzim dapat bekerja namun tidak sempurna.
 Pada perlakuan kedua dengan menempatkan tabung reaksi yang telah berisi air liur  dan larutan kanji  pada suhu 25 C, tidak menunjukkan perubahan warna tetap sama seperti pada suhu 4 C yaitu berwarna hijau (positive)  demikian juga yang terjadi pada perlakuan ketiga dimana sampel dipanaskan hingga suhu 37 C, tetap memperlihatkan perubahan warna yang senada dengan kedua perlakuan sebelumnya yaitu erarna hijau kecokelatan, hal ini menunjukkan bahwa enzim bekerja namun tidak maksimal.
Hal tersebut berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa “pencernaan ludah mengandung amilase ludah  (salivary amilase), enzim pencernaan yang menghidrolisis pati (polimer glukosa dari tumbuhan) dan glikogen (polimer glukosa dari hewan). Produk utama dari pencernaan oleh enzim ini adalah polisakarida yang lebih kecil dan disakarida maltosa dan suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kerja enzim dan pada suhu  27 oC menunjukkan kerja enzim yang efektif.  Campbell,
Perbedaan tersebut disebabkan karena kesalahan dalam  pemanasan, pendinginan dan  kesalahan dalam pengeluaran air liur, dimana yang kami dapatkan adalah ludah bukan air liur. Sebagaimana menurut asisten pendamping, air liur merupakan cairan yang tidak kental, berbeda dengan ludah yang sangat kental.
Berbeda dengan perlakuan yang keempat, dimana sampel dipanaskan hingga mencapai suhu 70 C,  memperlihatkan perubahan warna yang berbeda yaitu berwarna kuning kemerahan (vegative), hal ini menunjukkan bahwa enzim tidak dapat bekerja secara efektif pada suhu tersebut.
2.      Kegiatan II  (Pengaruh pH pada kerja amylase)
Pada perlakuan dengan menambahkan larutan buffer, dengan pH 4, setelah diberi uji reagent iodine, perubahan warna yang terjadi hijau, dan setelah menit ke 30 berubah menjadi kuning berarti reaksi yang terjadi negative, dan dengan demikian enzim amylase tidak efektif pada lingkungan dengan derajat keasaman  pH 4. Perlakuan kedua yaitu pada  pH 7 reaksi yang terjadi menunjukkan warna  hijau yang berarti positive  pada 5 menit pertama  namun pada  menit  ke 30  kemudian berubah warna menjadi kuning muda hal ini berarti bernilai negative,  hal serupa terjadi pada perlakuan yang keempat dengan menggunakan aquades  reaksi yang terjadi menunjukkan perubahan warna yang negatif, namun pada pH 9 reaksi yang terjadi menunjukkan perubahan warna dari menit ke 5 sampai menit ke 30 menjadi hijau tua, hal ini berarti enzim amylase bekerja pada derajat keasaman / pH 9 namun tidak sempurna.
Menurut Kimball, pada manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga mulut setiap hati, terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks karbohidrat protein) yang disebut musin yang melindungi lapisan lunak rongga mulut dari kerusakan akibat gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah ditelan. Ludah mengandung buffer (dapar atau penyanggah) yang membantu mencegah pembusukan geligi dengan cara menetralkan asam dalam mulut. Zat anti bakteri dalam ludah juga akan membunuh banyka bakteri yang memasuki mulut melalui makanan sehingga pada ph tertentu enzim mempunyai kemampuan untuk mengkatalisis suatu reaksi dan kinerja enzim amylase akan lebih efektif pada pH netral.
3.      Kegiatan III (pengaruh substrat pada keja amylase)
Pada kegiatan ketiga dimana kami melakukan pengamatan terhadap pengaruh substrat pada keja amylase, kami memperoleh data sebagai berikut sampel yang diberi dengan arutan kanji 1 % sebanyak 1,2,3,5,da 10 ml memperlihatkan perubahan yang tidak jauh berbeda yaitu perubahan positive, begitupun dengan  sampel yang diberi dengan arutan kanji 5 % sebanyak 1,2,3,5,da 10 ml  dan aquades menunjukkan perubahan yang positive,  hanya pada sampel ke 9 dan 10 yang memperlihatkan warna berbeda yaitu hitam dan abu-abu, namun keduanya juga berarti positive. Berbeda dengan sampel yang diberi tambahan alkohol dari menit pertama hingga menit ke 15 memperlihatkan perubahan warna merah yang berarti  negative.   
                  Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa enzim akan bekerja jika substrat yang akan dikatalisis itu berimbang, artinya segala sisi aktif substrat dapat dimanfaatkan oleh enzim, sehingga amilum dapat terurai sempurna. Begitupun sebaliknya, bahwa jika substrat pada konsentrasi tinggi, maka enzim kana mengalami kejenuhan sehingga enzim tidak dapat mengkatalisis reaksi tersebut.  Menurut “lock and key”. substrat berupa aquades menunjukkan reaksi yang negatvi pula, begitupun jika substratnya berupa alkohol perubahan warna menunjukkan perubahan ke arah reaksi yang negative, hal ini menunjukkan tidak satupun sisi aktif yang dapat dimanfaatkan oleh enzim dengan alkohol sebagai substratnya.
V.  PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:  enzim amylase dapat bekerja efektif  pada suhu 27°C, dan  pH netral  hal ini menunjukkan bahwa kerja enzim sangat dipengaruhi oleh faktor suhu, derajat keasaman, dan konsentrasi substrat dan dibutuhkan ketelitian di dalam mengambil sampel.
B.     Saran
1.      Praktikan lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan praktikum
2.      Asisten senantiasa  mendampingi praktikan dalam melakukan prkatikum
3.     Ketersediaan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan praktikum


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011.  Enzim. http:/id.wikipedia.org/wiki. Diakses tanggal 18, Mei 2011
Pagarra,H dan Adnan. 2010. Struktur  Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Campbell, Neil A; Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Pagarra,H dan Adnan. 2010. Struktur  Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Kimball, Jhon W. 2000. Biologi Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI. Jakarta.
Wulangi, S. 1993. Prinsip-Prinsip  Fisiologi Hewan. Jakarta : DEPDIKBUD





















0 komentar:

Posting Komentar