Pages

Welcome to My Blog

Thank's For Ur coming........
Hope you'll enjoy it

Jumat, 06 April 2012

Laporan unit I OSMOSIS

http://reenha-trisnawati.blogspot.com/2012/04/laporan-unit-i-osmosis.html
I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sel merupakan unit terkecil di dalam tubuh makhluk hidup. Setiap sel  dibatasi oleh membrane yang bersifat semipermabel yang hanya dapat dilewati beberapa zat tertentu tetapi zat lain tidak.  Keluar masuknya caiaran atau zat-zat lainnya dari dan ke dalam sel dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti ; melalui osmosis.
Pada hakekatnya, osmosis adalah suatu peristiwa difusi. Para ahli kimia mengatakan bahwa osmosis adalah proses difusi dari setiap pelarut melalui suatu selaput yang semipermeabel secara diferensial. Membrane sel yang meloloskan molekul tertentu, tetapi menghalangi molekul lain yang dikatakan permeable secara diferensial.
Sebagaimana yang kita ketahui antar sel dengan lingkungan luarnya  terjadi pertukaran zat-zat. Pertukaran tersebut dapat terjadi pada kondisi sel bila ditempatkan dalam larutan yang bersifat isotonis, hipotonis, dan hipertonis. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jauh mengenai hal-hal di atas, tentunya tidak cukup hanya dengan teori saja,  diperlukan juga kegiatan praktikum yang akan menunjang pengetahuan kita. Salah satu dari kegiatan tersebut adalah praktikum, dimana mahasiswa selaku praktikan dapat  melihat sendiri proses-proses yang terjadi dalam peristiwa perpindahan zat antar sel seperti , mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak, dan mengamati peristiwa osmosis pada usus ayam. yang kemudian menambah wawasan mahasiswa mengenai peristiwa yang kita kenal dengan nama osmosis tersebut.
B.     Tujuan Praktikum
1.      Untuk mengetahui bagaimana keadaan sel bila di tempatkan di dalam larutan yang bersifat isotonis, hipertonis, dan hipotonis.
2.      Untuk mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak
3.      Untuk mengamati peristwa oamosis pada usus ayam
C.     Manfaat Praktikum
1.      Mahasiswa dapat mengetahui keadaan sel yang ditempatkan di dalam larutan yang bersifat isotonis, hipertonis, dan hipotonis.
2.      Mahasiswa dapat mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak
3.      Mahasiswa dapat mengamati peristiwa osmosis pada usus ayam

II. TINJAUAN PUSTAKA
 Setiap sel dibatasi oleh membrane yang berperan sebagai jalur lalu lintas sejumlah substansi yang masuk dan keluar sel. Hal ini akan menetukan apakah sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis atau tidak. Homeostasis adalah kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal yang stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel (Adnan,dkk. 2011).
Menurut Wulangi (1993), permeabilitas membrane plasma tergantung pada :
a.       Ukuran sel, molekul berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air dan asam amino berukuran kecil dengan mudah dapat menebus membrane plasma, tetapi kebanyakan protein yang merupakan gabungan darii banyak asama amino tergolong molekul besar dan tidak dapat menembus membrane plasma.
b.      Kelarutan dalam lemak, substansi yang larut dalam lemak dapat menembus membrane plasma dengan lebih mudah dibandingkan dengan substansi lain.
c.       Muatan ion, zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan membrane plasma akan ditarik kearah membrane plasma sehingga lebih mudah menembus membrane plasma
d.      Ada / tidaknya molekul pengangkut.
          Proses osmosis merupakan aliran dari cairan yang lebih murni menembus permukaan membran terserap oleh cairan yang lebih kental. Dalam proses osmosis, cairan yang lebih kental menyerap cairan yang lebih murni sehingga ketinggian permukaan cairan yang lebih kental lebih tinggi dari permukaan yang lebih murni. Semakin tinggi perbedaan kekentalan kedua cairan menjadikan semakin banyak cairan lebih murni terserap oleh cairan yang lebih kental. Perbedaan ketinggian cairan yang lebih kental terhadap cairan yang lebih murni disebut “Tekanan osmosis”  (Anonim, 2008).
Dalam membandingkan dua larutan yang konsentrasi zat terlarutnya berbeda, larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut sebagai hipertonik. Larutan dengan konsentrasi zat yang lebih rendah disebut sebagai hipotonik larutan-larutan dengan konsetrasi zat terlarut yang sama disebut sebagai isotonik (Campbell, 2003).

       
III. METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Hari/tanggal    : Senin / 18 April 2011
Waktu             : Pukul 07.30 s.d 09.10 WITA
Tempat            : Laboratorium Biologi FMIPA UNM lantai III bagian barat.
B.     Alat dan Bahan
Kegiatan I
1.      Alat :
a.          Gelas aqua plastic
b.         Sedotan transparan
c.          Korek api
d.         Mistar
e.          Pinset
f.          Gunting

g.       Gelas aqua plastic
h.       Sedotan transparan
i.         Korek api
j.         Mistar
k.       Karet gelang
2.      Bahan
a.        Telur ayam
b.        Aquades
c.        Larutan NaCl 0,2%; 0,4%; 0,8%; 1%; 2%; 4%; dan 8%.

d.    Lilin
e.     Kantung plastik
f.     Label

            Kegiatan II
1.      Alat
a.  Papan seksi
b.  Alat seksi
c.  Gelas aqua
d.  Tabung reaksi

e.       Karet gelang
f.        Gelas ukur
g.       Penjepit tabung reaksi
h.   Mistar
2.      Bahan
a.       Katak
b.      Aquades
c.       Larutan NaCl


            Kegiatan III
1.      Alat
a.   Tabung reaksi
b.   Tusuk gigi/lidi
c.   Karet gelang

d.      Mistar
e.       Rak tabung reaksi
f.       Pipet tetes


2.      Bahan
a.       Usus ayam
b.      Aquades
c.       Larutan NaCl  6% dan 8%
d.      Tali rafia


C.     Cara Kerja
 Kegiatan I
1.      Memotong gelas aqua hingga setengahnya sebanyak 8 buah, kemudian  mengisi masing-masing gelas tersebut dengan aquades dan  larutan NaCl 0,2%; 0,4%; 0.8%; 1%; 2%; 4%; dan 8%.
2.      Memotong kantong plastic berbentuk persegi dan melubangi bagian tengahnya  dengan gunting untuk kemudian tutup aqua gelas tersebut dan mengikatnya dengan karet gelang.
3.      Mengetuk ujung cangkang telur yang membulat dan melepaskan cangkangnya secara hati-hati agar membrane cangkang tidak robek
4.      Mengetuk ujung telur yang runcing dengan pinset. Membuat lubang sebesar pipet sedotan dan memasukkan sedotan ke dalam lubang tersebut kemudian menetesinya dengan lilin.
5.      Meletakkan telur dalam posisi tegak dengan bagian tumpul di bawah pada mulut gelas aqua yang berisi air (membrane cangkang telur tenggelam pada permukaan air).
6.      Mengamati pergerakan air dalam sedotan dan mengukur tinggi cairan tersebut dengan menggunakan mistar tiap 5 menit selama 1 jam
7.      Mencatat hasil pengukuran ke dalam tabel.
Kegiatan II
1.      Membedah katak yang terlebih dahulu telah dibius
2.      Melepaskan kulit yang menempel pada badan katak dengan menggunkan alat seksi.
3.      Membersihkan kulit katak, dan menggunakannya untuk menutup tabung reaksi, yang berisi larutan NaCl  4 %, kemudian ikatlah kulit katak tersebut menggunkan karet gelang
4.      Memasukkan tabung reaksi tersebut ke dalam gelas aqua yag berisis aquades secara tegak lurus dengan mulut tabung di sebelah bawah sampai tercelup. Menggunakan jepitan tabung reksi untuk menahan tabung reaksi agar tegak berdiri
5.      Melakukan pengukuran tinggi cairan dalam tabung setiap 30 menit selama 24 jam
Kegiatan III
1.      Membersihkan usus ayam, dan memotongnya sepanjang 10 cm.
2.      Mengikat salah satu ujung usus ayam tersebut
3.      masukkan larutan NaCl 8% dan 6% ke dalamnya
4.      Masukkan usus ayam pada tabung reaksi, pada bagian atas usus ayam ditusuk menggunakan tusuk gigi/lidi sebagai penyangga.
5.      Mengisi tabung reaksi tersebut dengan aquades
6.      Melakukan pengmatan setiap 1 jam selama 24 jam
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN
A.    Hasil pengamatan
1.      Kegiatan I
Tabel pengamatan
Larutan
Tinggi Cairan di Dalam Sedotan Setiap 5 Menit
Ket.
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60

Air suling
-
-
-
-
-
0,5
0,9
1,2
1,7
2,0
2,3
2,5

NaCl 0,2%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Telur retak
NaCl 0,4%
-
-
-
-
0,2
0,7
1,3
1,7
2,3
2,7
3,2
3,7

NaCl 0,8%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
 -
-
Retak
NaCl 8%
-
-
-
-
-
-
0,2
0,4
0,6
0,7
0,9
1,3

NaCl 1%
-
-
-
-
-
-
0,4
0,5
0,6
0,6
0,6
0,6

NaCl 2%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Retak
NaCl 4%
-
-
-
0,1
0,5
0,9
1,4
1,8
2,0
2,3
2,8
3,2

2.      Kegiatan II
Pengamatan  (30menit/24jam)
Kulit Katak

Pengamatan  (30menit/24jam)
Kulit Katak
Dorsal
Ventral
Dorsal
Ventral
1
10,9
10,8
25


2
11
10,9
26


3
11
10,9
27


4
11
11
28


5
11,2
11
29


6
11,2
11
30


7
11,2
11
31


8
11,2
11
32


9
11,2
11
33


10
11,2
11
34


11
11,2
11
35


12
11,2
11
36


13
11,2
11
37


14
11,2
11
38


15
11,2
11
39


16
11,2
11
40


17
11,2
11
41


18
11,2
11
42


19
11,2
11
43


20
11,2
11
44


21
11,2
11
45


22
11,2
11
46


23
11,2
11
47


24
11,,2
11
48


3.      Kegiatan III
Pengamatan  (30menit/24jam)
Larutan

Pengamatan  (30menit/24jam)
Larutan
NaCl 6%
NaCl 8%
NaCl 6%
NaCl 8%
1
10,3
10,3
25
10,1
10,0
2
9,9
10,2
26
10,1
10,0
3
9,8
10,1
27
10,1
9,9
4
9,8
10,1
28


5
9,9
9,8
29


6
10,0
9,8
30


7
10,0
9,8
31


8
10,0
9,8
32


9
10,0
9,9
33


10
10,0
9,9
34


11
10,0
9,9
35


12
10,0
10,0
36


13
10,0
10,0
37


14
10,1
10,0
38


15
10,1
10,0
39


16
10,1
10,0
40


17
10,1
10,0
41


18
10,1
10,0
42


19
10,1
10,0
43


20
10,1
10,0
44


21
10,1
10,0
45


22
10,1
10,0
46


23
10,1
10,0
47


24
10,1
10,0
48


B.     Pembahasan
1.      Kegiatan I
Pada kegiatan pertama yaitu penelitian mengenai osmosis pada telur ayam, diperoleh hasil sebagai berikut: proses osmosis berlangsung cepat pada telur ayam yang diletakkan pada larutan NaCl dengan konsentrasi 0,4% dimana telur pada larutan inilah yang mengalami kenaikan cairan paling tinggi dalam  sedotan,  kemudian dengan konsetrasi 4%, 8%, dan 1%. Adapun telur ayam yang dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0,2%, 0,8%, dan 2%, tidak dapat diamati kecepatan osmosisnya, berhubung terjadi kesalahan dalam proses pembuatan lobang pada telur ayam tersebut yang membuat telur ayam retak hingga pada saat percobaan berlangsung, tidak ada larutan yang mengisi selang melainkan larutan tersebut keluar melalui celah-celah retakan pada telur.
Pada percobaan tersebut seharusnya proses osmosis berlangsung cepat pada telur yang diletakkan di dalam larutan NaCl 0,2%, karena larutan inilah yang memiliki konsentrasi paling rendah. seperti pada pengertian osmosis itu sendiri dimana, “jika sel dimasukkan ke dalam larutan dengan konsentrsi yang lebih rendah dibanding dengan konsentrsi larutan di dalam sel, maka air dari larutan tersebut akan bergerak memasuki sel”(Adnan,2011).
2.      Kegiatan II
             Pada kegiatan II, dengan percobaan osmosis pada kulit katak. Pada pengamatan ini akan kita bandingkan kecepatan melewatkan  zat cair  (osmosis) antarakulit katak pada bagian dorsal dan kulit katak pada bagian ventral (abdomen). Data yang didapatkan yaitu: proses osmosis yang terjadi pada kulit katak bagian dorsal lebih tinggi dibandingkan dengan pada kulit katak bagian ventral, hal ini disebabkan karena kulit katak pada bagian dorsal lebih tipis, hingga memungkinkan proses masuknya air ke dalam tabung reaksi lebih cepat. Selain itu, aquades dapat masuk ke dalam tabung reaksi melewati kulit katak karena adanya  perbedaan konsentrsi kedua larutan tersebut, dimana larutan di dalam gelas kimia memiliki konsentrasi yang lebih rendah dibanding dengan larutan di dalam tabung reaksi, sehingga larutan aquades masuk ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl 4%.
            Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa; jika seekor hewan air ditempatkan di dalam larutan hipotonik, dimana konsentrasi larutan tersebut lebih rendah dari konsentrsi larutan di dalam sel-selnya, maka air dari larutan tersebut akan bergerak memasuki sel (Adnan, 2011).
3.      Kegiatan III
 Pada kegiatan III, dengan percobaan osmosis pada usus ayam. Data yang didapatkan yaitu:  air keluar dari usus ayam  lebih banyak pada larutan NaCl dengan konsentrsi 6%, dibanding pada larutan NaCl dengan konsentrasi 8%. Namun pada pengamatan di menit-menit pertama cairan dalam tabung reaksi memperlihatkan perubahan kadang naik kadang turun, pada menit selanjutnya sama sekali tidak terlihat perubahan yang signifikan. Larutan NaCl 6% mencapai tinggi hingga 10,1 cm, dan larutan NaCl 8% mencapai tinggi 9,9cm setelah mengalami penurunan dari 10,0cm.
Data yang didapatkan dikatakan bahwa Larutan NaCL dengan konsentrasi yang lebih tinggi (6% dan  8%) memiliki kemampuan berdifusi yang lebih tinggi. Akan tetapi, bila dilihat dari keseluruhan,  maka tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok antara NaCl konsentrasi 6%, dam NaCl 8% dalam hal kemampuan berdifusi karena semuanya menunjukkan gejala yang sama yaitu perubahannya bersifat fluktuatif (naik-turun).

V.   PENUTUP
A.  Kesimpulan
           Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Bila sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis maka cairan sel akan keluar. Pada lingkungan yang hipotonis cairan dari luar sel akan masuk ke dalam sel, sedangkan pada lingkungan yang isotonis maka tidak akan terjadi perubahan (pengeluaran atau pemasukan air)
2.      Kemampuan osmosis pada kulit dorsal (punggung) katak  lebih besar dibanding kulit bagian ventral (abdomennya).
3.      Proses difusi yang terjadi pada usus ayam yang diisi dengan NaCl 6% dan 8% cenderung mengalami kesamaan dengan kata lain kemampuan difusi air pada usus ayam yang diisi dengan NaCl dengan konsentrasi 6% dan 8% cenderung tidak berbeda.
B.     Saran
1.      Praktikan lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan praktikum
2.      Asisten mendampingi praktikan dalam melakukan prkatikum
3.       Ketersediaan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Adnan,dkk. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Anonim. 2011. Osmosis. http://www.infotek.com/osmosis/22-13/lamp/htm. Diakses tanggal 7 April 2008
Campbell. 2003. Biologi. Jakarta : Erlanga.
Wulangi, S. 1993. Prinsip-Prinsip  Fisiologi Hewan. Jakarta : DepDikBUd





0 komentar:

Posting Komentar