I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sel
merupakan unit terkecil di dalam tubuh makhluk hidup. Setiap sel dibatasi oleh membrane yang bersifat
semipermabel yang hanya dapat dilewati beberapa zat tertentu tetapi zat lain
tidak. Keluar masuknya caiaran atau
zat-zat lainnya dari dan ke dalam sel dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti ; melalui osmosis.
Pada
hakekatnya, osmosis adalah suatu peristiwa difusi. Para ahli kimia mengatakan
bahwa osmosis adalah proses difusi dari setiap pelarut melalui suatu selaput
yang semipermeabel secara diferensial. Membrane sel yang meloloskan molekul
tertentu, tetapi menghalangi molekul lain yang dikatakan permeable secara
diferensial.
Sebagaimana
yang kita ketahui antar sel dengan lingkungan luarnya terjadi pertukaran zat-zat. Pertukaran tersebut
dapat terjadi pada kondisi sel bila ditempatkan dalam larutan yang bersifat
isotonis, hipotonis, dan hipertonis. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
jauh mengenai hal-hal di atas, tentunya tidak cukup hanya dengan teori saja, diperlukan juga kegiatan praktikum yang akan
menunjang pengetahuan kita. Salah satu dari kegiatan tersebut adalah praktikum,
dimana mahasiswa selaku praktikan dapat
melihat sendiri proses-proses yang terjadi dalam peristiwa perpindahan
zat antar sel seperti , mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak, dan
mengamati peristiwa osmosis pada usus ayam. yang kemudian menambah wawasan
mahasiswa mengenai peristiwa yang kita kenal dengan nama osmosis tersebut.
B.
Tujuan
Praktikum
1.
Untuk
mengetahui bagaimana keadaan sel bila di tempatkan di dalam larutan yang
bersifat isotonis, hipertonis, dan hipotonis.
2.
Untuk
mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak
3.
Untuk
mengamati peristwa oamosis pada usus ayam
C.
Manfaat
Praktikum
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui keadaan sel yang ditempatkan di dalam larutan yang bersifat
isotonis, hipertonis, dan hipotonis.
2.
Mahasiswa
dapat mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak
3.
Mahasiswa
dapat mengamati peristiwa osmosis pada usus ayam
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap sel dibatasi oleh membrane yang
berperan sebagai jalur lalu lintas sejumlah substansi yang masuk dan keluar
sel. Hal ini akan menetukan apakah sebuah sel berada dalam keadaan homeostasis
atau tidak. Homeostasis adalah kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan
internal yang stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membrane sel
(Adnan,dkk. 2011).
Menurut Wulangi
(1993), permeabilitas membrane plasma tergantung pada :
a.
Ukuran
sel, molekul berukuran besar tidak dapat menembus membrane plasma. Molekul air
dan asam amino berukuran kecil dengan mudah dapat menebus membrane plasma,
tetapi kebanyakan protein yang merupakan gabungan darii banyak asama amino
tergolong molekul besar dan tidak dapat menembus membrane plasma.
b.
Kelarutan
dalam lemak, substansi yang larut dalam lemak dapat menembus membrane plasma
dengan lebih mudah dibandingkan dengan substansi lain.
c.
Muatan
ion, zat yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan membrane plasma akan
ditarik kearah membrane plasma sehingga lebih mudah menembus membrane plasma
d.
Ada
/ tidaknya molekul pengangkut.
Proses
osmosis merupakan aliran dari cairan yang lebih murni menembus permukaan
membran terserap oleh cairan yang lebih kental. Dalam proses osmosis, cairan
yang lebih kental menyerap cairan yang lebih murni sehingga ketinggian
permukaan cairan yang lebih kental lebih tinggi dari permukaan yang lebih
murni. Semakin tinggi perbedaan kekentalan kedua cairan menjadikan semakin
banyak cairan lebih murni terserap oleh cairan yang lebih kental. Perbedaan
ketinggian cairan yang lebih kental terhadap cairan yang lebih murni disebut “Tekanan
osmosis” (Anonim, 2008).
Dalam
membandingkan dua larutan yang konsentrasi zat terlarutnya berbeda, larutan
dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut sebagai hipertonik.
Larutan dengan konsentrasi zat yang lebih rendah disebut sebagai hipotonik
larutan-larutan dengan konsetrasi zat terlarut yang sama disebut sebagai
isotonik (Campbell, 2003).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Hari/tanggal : Senin / 18 April 2011
Waktu : Pukul 07.30 s.d 09.10 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi FMIPA UNM
lantai III bagian barat.
B.
Alat
dan Bahan
Kegiatan
I
1.
Alat
:
a.
Gelas aqua plastic
b.
Sedotan
transparan
c.
Korek api
d.
Mistar
e.
Pinset
f.
Gunting
|
g.
Gelas aqua plastic
h.
Sedotan transparan
i.
Korek api
j.
Mistar
k.
Karet gelang
|
2.
Bahan
a.
Telur ayam
b.
Aquades
c.
Larutan NaCl
0,2%; 0,4%; 0,8%; 1%; 2%; 4%; dan 8%.
|
d.
Lilin
e.
Kantung plastik
f.
Label
|
Kegiatan
II
1.
Alat
a. Papan seksi
b. Alat seksi
c. Gelas aqua
d. Tabung reaksi
|
e.
Karet gelang
f.
Gelas ukur
g.
Penjepit tabung
reaksi
h. Mistar
|
2.
Bahan
a.
Katak
b.
Aquades
c.
Larutan NaCl
|
Kegiatan
III
1.
Alat
a. Tabung
reaksi
b. Tusuk
gigi/lidi
c. Karet
gelang
|
d.
Mistar
e.
Rak tabung reaksi
f.
Pipet tetes
|
2.
Bahan
a.
Usus ayam
b.
Aquades
c.
Larutan NaCl 6% dan 8%
d.
Tali rafia
|
C.
Cara
Kerja
Kegiatan I
1.
Memotong
gelas aqua hingga setengahnya sebanyak 8 buah, kemudian mengisi masing-masing gelas tersebut dengan
aquades dan larutan NaCl 0,2%; 0,4%;
0.8%; 1%; 2%; 4%; dan 8%.
2.
Memotong
kantong plastic berbentuk persegi dan melubangi bagian tengahnya dengan gunting untuk kemudian tutup aqua
gelas tersebut dan mengikatnya dengan karet gelang.
3.
Mengetuk
ujung cangkang telur yang membulat dan melepaskan cangkangnya secara hati-hati agar
membrane cangkang tidak robek
4.
Mengetuk
ujung telur yang runcing dengan pinset. Membuat lubang sebesar pipet sedotan
dan memasukkan sedotan ke dalam lubang tersebut kemudian menetesinya dengan
lilin.
5.
Meletakkan
telur dalam posisi tegak dengan bagian tumpul di bawah pada mulut gelas aqua
yang berisi air (membrane cangkang telur tenggelam pada permukaan air).
6.
Mengamati
pergerakan air dalam sedotan dan mengukur tinggi cairan tersebut dengan
menggunakan mistar tiap 5 menit selama 1 jam
7.
Mencatat
hasil pengukuran ke dalam tabel.
Kegiatan
II
1.
Membedah
katak yang terlebih dahulu telah dibius
2.
Melepaskan
kulit yang menempel pada badan katak dengan menggunkan alat seksi.
3.
Membersihkan
kulit katak, dan menggunakannya untuk menutup tabung reaksi, yang berisi
larutan NaCl 4 %, kemudian ikatlah kulit
katak tersebut menggunkan karet gelang
4.
Memasukkan
tabung reaksi tersebut ke dalam gelas aqua yag berisis aquades secara tegak
lurus dengan mulut tabung di sebelah bawah sampai tercelup. Menggunakan jepitan
tabung reksi untuk menahan tabung reaksi agar tegak berdiri
5.
Melakukan
pengukuran tinggi cairan dalam tabung setiap 30 menit selama 24 jam
Kegiatan III
1.
Membersihkan
usus ayam, dan memotongnya sepanjang 10 cm.
2.
Mengikat
salah satu ujung usus ayam tersebut
3.
masukkan
larutan NaCl 8% dan 6% ke dalamnya
4.
Masukkan
usus ayam pada tabung reaksi, pada bagian atas usus ayam ditusuk menggunakan
tusuk gigi/lidi sebagai penyangga.
5.
Mengisi
tabung reaksi tersebut dengan aquades
6.
Melakukan
pengmatan setiap 1 jam selama 24 jam
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN
A.
Hasil
pengamatan
1.
Kegiatan
I
Tabel pengamatan
Larutan
|
Tinggi Cairan di
Dalam Sedotan Setiap 5 Menit
|
Ket.
|
|||||||||||
5
|
10
|
15
|
20
|
25
|
30
|
35
|
40
|
45
|
50
|
55
|
60
|
||
Air suling
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,5
|
0,9
|
1,2
|
1,7
|
2,0
|
2,3
|
2,5
|
|
NaCl 0,2%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Telur retak
|
NaCl 0,4%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,2
|
0,7
|
1,3
|
1,7
|
2,3
|
2,7
|
3,2
|
3,7
|
|
NaCl 0,8%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Retak
|
NaCl 8%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,2
|
0,4
|
0,6
|
0,7
|
0,9
|
1,3
|
|
NaCl 1%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0,4
|
0,5
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
0,6
|
|
NaCl 2%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Retak
|
NaCl 4%
|
-
|
-
|
-
|
0,1
|
0,5
|
0,9
|
1,4
|
1,8
|
2,0
|
2,3
|
2,8
|
3,2
|
2.
Kegiatan
II
Pengamatan (30menit/24jam)
|
Kulit Katak
|
Pengamatan (30menit/24jam)
|
Kulit Katak
|
|||
Dorsal
|
Ventral
|
Dorsal
|
Ventral
|
|||
1
|
10,9
|
10,8
|
25
|
|||
2
|
11
|
10,9
|
26
|
|||
3
|
11
|
10,9
|
27
|
|||
4
|
11
|
11
|
28
|
|||
5
|
11,2
|
11
|
29
|
|||
6
|
11,2
|
11
|
30
|
|||
7
|
11,2
|
11
|
31
|
|||
8
|
11,2
|
11
|
32
|
|||
9
|
11,2
|
11
|
33
|
|||
10
|
11,2
|
11
|
34
|
|||
11
|
11,2
|
11
|
35
|
|||
12
|
11,2
|
11
|
36
|
|||
13
|
11,2
|
11
|
37
|
|||
14
|
11,2
|
11
|
38
|
|||
15
|
11,2
|
11
|
39
|
|||
16
|
11,2
|
11
|
40
|
|||
17
|
11,2
|
11
|
41
|
|||
18
|
11,2
|
11
|
42
|
|||
19
|
11,2
|
11
|
43
|
|||
20
|
11,2
|
11
|
44
|
|||
21
|
11,2
|
11
|
45
|
|||
22
|
11,2
|
11
|
46
|
|||
23
|
11,2
|
11
|
47
|
|||
24
|
11,,2
|
11
|
48
|
3.
Kegiatan
III
Pengamatan (30menit/24jam)
|
Larutan
|
Pengamatan (30menit/24jam)
|
Larutan
|
|||
NaCl 6%
|
NaCl 8%
|
NaCl 6%
|
NaCl 8%
|
|||
1
|
10,3
|
10,3
|
25
|
10,1
|
10,0
|
|
2
|
9,9
|
10,2
|
26
|
10,1
|
10,0
|
|
3
|
9,8
|
10,1
|
27
|
10,1
|
9,9
|
|
4
|
9,8
|
10,1
|
28
|
|||
5
|
9,9
|
9,8
|
29
|
|||
6
|
10,0
|
9,8
|
30
|
|||
7
|
10,0
|
9,8
|
31
|
|||
8
|
10,0
|
9,8
|
32
|
|||
9
|
10,0
|
9,9
|
33
|
|||
10
|
10,0
|
9,9
|
34
|
|||
11
|
10,0
|
9,9
|
35
|
|||
12
|
10,0
|
10,0
|
36
|
|||
13
|
10,0
|
10,0
|
37
|
|||
14
|
10,1
|
10,0
|
38
|
|||
15
|
10,1
|
10,0
|
39
|
|||
16
|
10,1
|
10,0
|
40
|
|||
17
|
10,1
|
10,0
|
41
|
|||
18
|
10,1
|
10,0
|
42
|
|||
19
|
10,1
|
10,0
|
43
|
|||
20
|
10,1
|
10,0
|
44
|
|||
21
|
10,1
|
10,0
|
45
|
|||
22
|
10,1
|
10,0
|
46
|
|||
23
|
10,1
|
10,0
|
47
|
|||
24
|
10,1
|
10,0
|
48
|
B.
Pembahasan
1.
Kegiatan
I
Pada
kegiatan pertama yaitu penelitian mengenai osmosis pada telur ayam, diperoleh
hasil sebagai berikut: proses osmosis berlangsung cepat pada telur ayam yang
diletakkan pada larutan NaCl dengan konsentrasi 0,4% dimana telur pada larutan
inilah yang mengalami kenaikan cairan paling tinggi dalam sedotan,
kemudian dengan konsetrasi 4%, 8%, dan 1%. Adapun telur ayam yang dimasukkan
ke dalam larutan NaCl 0,2%, 0,8%, dan 2%, tidak dapat diamati kecepatan
osmosisnya, berhubung terjadi kesalahan dalam proses pembuatan lobang pada
telur ayam tersebut yang membuat telur ayam retak hingga pada saat percobaan
berlangsung, tidak ada larutan yang mengisi selang melainkan larutan tersebut
keluar melalui celah-celah retakan pada telur.
Pada
percobaan tersebut seharusnya proses osmosis berlangsung cepat pada telur yang
diletakkan di dalam larutan NaCl 0,2%, karena larutan inilah yang memiliki
konsentrasi paling rendah. seperti pada pengertian osmosis itu sendiri dimana, “jika
sel dimasukkan ke dalam larutan dengan konsentrsi yang lebih rendah dibanding
dengan konsentrsi larutan di dalam sel, maka air dari larutan tersebut akan
bergerak memasuki sel”(Adnan,2011).
2.
Kegiatan
II
Pada kegiatan II, dengan percobaan osmosis pada kulit katak. Pada
pengamatan ini akan kita bandingkan kecepatan melewatkan zat cair
(osmosis) antarakulit katak pada bagian dorsal dan kulit katak pada
bagian ventral (abdomen). Data yang didapatkan yaitu: proses osmosis yang
terjadi pada kulit katak bagian dorsal lebih tinggi dibandingkan dengan pada
kulit katak bagian ventral, hal ini disebabkan karena kulit katak pada bagian
dorsal lebih tipis, hingga memungkinkan proses masuknya air ke dalam tabung
reaksi lebih cepat. Selain itu, aquades dapat masuk ke dalam tabung reaksi
melewati kulit katak karena adanya
perbedaan konsentrsi kedua larutan tersebut, dimana larutan di dalam
gelas kimia memiliki konsentrasi yang lebih rendah dibanding dengan larutan di
dalam tabung reaksi, sehingga larutan aquades masuk ke dalam tabung reaksi yang
berisi NaCl 4%.
Hal ini telah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa; jika seekor hewan air ditempatkan di dalam larutan hipotonik,
dimana konsentrasi larutan tersebut lebih rendah dari konsentrsi larutan di
dalam sel-selnya, maka air dari larutan tersebut akan bergerak memasuki sel
(Adnan, 2011).
3.
Kegiatan
III
Pada kegiatan III, dengan percobaan osmosis
pada usus ayam. Data yang didapatkan yaitu: air keluar dari usus ayam lebih banyak pada larutan NaCl dengan
konsentrsi 6%, dibanding pada larutan NaCl dengan konsentrasi 8%. Namun pada
pengamatan di menit-menit pertama cairan dalam tabung reaksi memperlihatkan
perubahan kadang naik kadang turun, pada menit selanjutnya sama sekali tidak
terlihat perubahan yang signifikan. Larutan NaCl 6% mencapai tinggi hingga 10,1
cm, dan larutan NaCl 8% mencapai tinggi 9,9cm setelah mengalami penurunan dari
10,0cm.
Data
yang didapatkan dikatakan bahwa Larutan NaCL dengan konsentrasi yang lebih
tinggi (6% dan 8%) memiliki kemampuan
berdifusi yang lebih tinggi. Akan tetapi, bila dilihat dari keseluruhan, maka tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok
antara NaCl konsentrasi 6%, dam NaCl 8% dalam hal kemampuan berdifusi karena
semuanya menunjukkan gejala yang sama yaitu perubahannya bersifat fluktuatif
(naik-turun).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Bila
sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis maka cairan sel akan keluar. Pada
lingkungan yang hipotonis cairan dari luar sel akan masuk ke dalam sel,
sedangkan pada lingkungan yang isotonis maka tidak akan terjadi perubahan
(pengeluaran atau pemasukan air)
2.
Kemampuan
osmosis pada kulit dorsal (punggung) katak lebih besar dibanding kulit bagian ventral (abdomennya).
3.
Proses
difusi yang terjadi pada usus ayam yang diisi dengan NaCl 6% dan 8% cenderung
mengalami kesamaan dengan kata lain kemampuan difusi air pada usus ayam yang
diisi dengan NaCl dengan konsentrasi 6% dan 8% cenderung tidak berbeda.
B.
Saran
1.
Praktikan lebih
teliti dan berhati-hati dalam melakukan praktikum
2.
Asisten mendampingi
praktikan dalam melakukan prkatikum
3. Ketersediaan alat dan bahan
sesuai dengan kebutuhan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Adnan,dkk. 2011. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Campbell. 2003. Biologi. Jakarta : Erlanga.
Wulangi, S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : DepDikBUd
0 komentar:
Posting Komentar