I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
bagian dari tubuh kita, mulai dari organ-organ hingga sel sekalipun membutuhkan
nutrisi untuk menunjang aktivitasnya, nutrisi ini diperoleh dari apa yang kita konsumsi, tepatnya dari
apa yang kita makan sehari-hari. Makanan yang kita konsumsi dalam bentuk yang
besar, sedangkan sel memerlukan nutria dalam bentuk zat-zat yang berukuran
sangat kecil, nah bagaimana sehingga makanan yang kita makan tersebut dapat
sampai ke dalam sel-sel tubuh kita? Yah, tentunya dengan proses pengolahan dan
pencernaan makanan.
Pencernaan
makanan bertujuan untuk mengubah substansi makanan menjadi suatu bentuk yang ukurannya kecil dan larut dalam
air, sehingga dengan mudah menembus usus dan dapat segera digunakan oleh sel
untuk sintesis sel-sel baru, dan menghilangkan kemungkinan adanya sifat antigenic dari substansi makanan
utamanya protein. Proses pencernaan
makanan terlebih dahulu dilakukan di dalam mulut, sebagaimana yang kita ketahui
di dalam mulut terdapat saliva atau ludah, yang komposisinya teridiri dari: air
99%, garam-garam, protein, enzim (ptyalin dan maltase), lender atau mucus yang
berupa glikoprotein, pekat cairnya saliva tergantung dari rangsangan yang
datang, selain itu juga terdapat enzim amylase yang bertugas mengubah pati /
karbohidrat menjadi gula sederhana.
Untuk
mengetahui lebih jelas bagaimana proses kerja dari enzim amylase, maka
diadakanlah praktikum dimana kami akan mengamati proses kerja dari enzim amylase ini, dengan
menggunakan air liur sebagai bahan uji coba.
B.
Tujuan Praktikum
1. Untuk
mengetahui proses kerja enzim amylase
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pencernaan
makanan bertujuan untuk mengubah substansi makanan menjadi suatu bentuk yang ukurannya kecil dan larut dalam
air, sehingga dengan mudah menembus usus dan dapat segera digunakan oleh sel
untuk sintesis sel-sel baru, dan menghilangkan kemungkinan adanya sifat antigenic dari substansi makanan
utamanya protein (Wulangi, 1993)
Menurut Pagarra & Adnan (2010), Sistem pencernaan
makanan dibangun oleh pembuluh-pembuluh yang sangat muskuler dimulai mulut
sampai anus yaitu:
1. Rongga
mulut
2. Farink
3. Eshopagus
4. Lambung
5. Usus
halus, tediri dari duodenum, jejunum, dan ileum
6. Usus
besar terdir dari kolon dan rectum
7. Usus
buntu
Enzim adalah satu atau gugus polipeptida
(protein) yang berfungsi sebagai katalisator (senyawa yang mempercepat proses
reaksi tanpa habis beraksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara
menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian
dipercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi
pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian
besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat
bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan karena struktur kimia tiap-tiap enzim
berbeda dan bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim amilase hanya dapat digunakan
pada proses perombakan pati menjadi glukosa (Anonim, 2011)
Pada manusia, lebih
dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga mulut setiap hati, terlarut
dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks karbohidrat protein) yang
disebut musin yang melindungi lapisan lunak rongga mulut dari kerusakan akibat
gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah ditelan. Ludah mengandung
buffer (dapar atau penyanggah) yang membantu mencegah pembusukan geligi dengan
cara menetralkan asam dalam mulut. Zat anti bakteri dalam ludah juga akan
membunuh banyka bakteri yang memasuki mulut melalui makanan (Kimball, 2000).
Kelenjar
aksesoris sistem pencernaan mamalia adalah tiga pasang kelenjar ludah (salivary
gland), pankreas, hati (liver), dan organ penyimpanannya, kantung empedu
(gallbladder). Dengan menggunakan manusia sebagai contoh, saluran pencernaan
terdiri dari rongga mulut, oeophagus, ventrikulus, intestin, dan anus.
Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dari dalam mulut. Selama
pengunyahan, geligi dengan berbagai ragam bentuk akan memotong, melumat, dan
menggerus makanan yang membuat makanan tersebut lebih mudah ditelan dan
meningkatkan luas permukaannya. Kehadiran makanan dalam rongga mulut akan
memicu refleks saraf yang menyebabakan kelenjar ludah mengeluarkan ludah
melalui duktus (saluran) ke rongga mulut. Bahkan sebelum makanan sesungguhnya
berada dalam mulut, ludah bisa dihasilkan sebagai hasil antisipasi karena
adanya hubungan yang telah diketahui antara makan dan waktu dalam satu hari,
aroma masakan, ataua rangsangan lain (Poedjiadi, l994).
Pencernaan
karbohidrat adalah sumber energi kimia utama tubuh, dimulai dalam rongga mulut.
Ludah mengandung amilase ludah (salivary
amilase), enzim pencernaan yang menghidrolisis pati (polimer glukosa dari
tumbuhan) dan glikogen (polimer glukosa dari hewan). Produk utama dari pencernaan
oleh enzim ini adalah polisakarida yang lebih kecil dan disakarida maltosa
(Campbell, 2002)
III.METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin / 9 Mei 2011
Waktu : Pukul 07.30 s.d 09.10 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi FMIPA UNM
lantai III Bagian Timur.
B.
Alat dan Bahan :
1. Alat
:
a.
Gelas aqua
b.
Gelas kimia
c.
Gelas ukur
d.
Tabung reaksi
e.
Rak tabung reaksi
|
f.
Plat tetes
g.
Pipet tetes
h.
Termometer
i.
Lemari pendingin
|
2. Bahan
:
a.
Air liur
b.
Aquades
c.
Larutan kanji 1%
dan 5 %
|
d.
Larutan buffer pH
4, pH 7 dan pH 9
e.
Larutan oidine
f.
Alkohol 70%
|
C.
Prosedur Kerja
1. Kegiatan
I (pengaruh suhu terhadap kerja amilase)
a. Mengisi
empat tabung reaksi dengan air liur sebanyak 3 ml
b. Memberikan
label pada empat tabung reaksi tersebut. Tabung I dengan 4o, tabung II dengan
25o, tabung III dengan 37o. dan tabung IV dengan 70o.
c. Meletakkan
tabung I kedalam lemari es, tabung II ke dalam air kran, tabung III kedalam
penangas air 37o dan tabung IV kedalam penangas air 70o selama 10,15dan 30
menit.
d. Setelah
10 menit tambahkan 5 ml larutan kanji pada masing-masing tabung lalu masukkan
kembali ketempat semula.
e. Menganbil
sedikit sampel pada setiap waktu yang ditentukan dan meletakkannya diplet tetes
kemudian menambahkan larutan iodine
f. Mencatat
hasilnya dengan memberi tanda positif (+) untuk reaksi positif dengan warna
biru dan tanda negative (-) warna merah
2. Kegiatan
II (Pengaruh pH pada kerja amylase)
a. Memberi
sampel pada setiap tabung reaksi dan meletakkannya dirak tabung reaksi
b. Memasukkan
3 ml air liur kedalam tabung reaksi
c. MEnambahkan
3 ml larutan buffer pH 4 kedalam tabung I, 3 ml larutan buffer pH 7 kedalam
tabung II, Larutan Buffer pH 9 ke dalam tabung III dan 3 ml aquades ke dalam
tabung 4.
d.
Kosoklah tabung dan meletakkannya dalam penangas air 37o C
selama 10 menit.
e.
Menambahkan larutan kanji 1% ke dalam masing-masing tabung
f.
Mengaduk dan memasukkan kedalam penangasa air selama 5 menit.
g.
Mengambil sampel pada waktu 5 menit, 15 menit, dan 30 menit dan mengujinya
dengan menambahkan iodine.
3.
Kegiatan III (pengaruh substrat pada keja amylase)
a.
Memberikan label pada 12 tabung reaksi dan meletakkannya pada rak tabung
reaksi
b.
Memasukkan larutan kanji 1 % ke dalam tabung 1 - 5 masing-masing 1 ml, 2ml,
3 ml, 4 ml, 5 ml.
c.
Memasukkan larutan kanji 5 % ke dalam tabung 6 - 10 masig-masing 1 ml, 2ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml dan 10 ml.
d.
Memasukan 5 ml aquades pada tabung ll dan 5 ml lakohl 70 % pada tabung 12
e.
Mengocok tabug-tabung tersebut dan meletakkan pada penangas 37oC
selama 10 menit
f.
Mengambil sampel dari masing-masing tabung pada lima menit pada saat 1
menit, 5 menit dan 10 menit dan menetesinya dengan reagent iodine pada cawan
Petri.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Kegiatan I
Table
pengaruh suhu terhadap kerja amilase
Tabung
|
Suhu
|
Reaksi
|
Keterangan
|
1
|
4
|
+
|
Hijau
|
2
|
25
|
+
|
Hijau
|
3
|
37
|
+
|
Hijau
kecokelatan
|
4
|
70
|
-
|
Kuning kemerahan
|
2. Kegiatan
II (Pengaruh pH pada kerja amylase)
Tabung
|
Buffer
|
5 menit
|
15 menit
|
30 menit
|
1
|
pH 4
|
+
|
+
|
_
|
2
|
pH 7
|
+
|
+
|
_
|
3
|
pH 9
|
+++
|
++
|
+
|
4
|
Aquades
|
++
|
+
|
_
|
3. Kegiatan
III (pengaruh
substrat pada keja amylase
Tabung
|
Substat
|
Jumlah
substrat (mL)
|
1
menit
|
5
menit
|
10
menit
|
1
|
Kanji
1 %
|
1
|
Orange
++
|
+
|
+
|
2
|
Sda
|
2
|
+
|
+
|
Biru
tua ++
|
3
|
Sda
|
3
|
++
|
+
|
++
|
4
|
Sda
|
5
|
+
|
++
|
+
|
5
|
Sda
|
10
|
++
|
+
|
+
|
6
|
Kanji
5 %
|
1
|
+
|
++
|
Biru
tua
|
7
|
Sda
|
2
|
+
|
Biru
tua ++
|
Biru
|
8
|
Sda
|
3
|
++
|
++
|
Biru
tua
|
9
|
Sda
|
5
|
+
|
Hitam
|
Hitam
|
10
|
Sda
|
10
|
+
|
Abu-abu
|
Abu-abu
|
11
|
Aquades
|
5
|
++
|
+
|
+
|
12
|
Alcohol
|
5
|
-
|
-
|
-
|
B. Pembahasan
1.
Kegiatan
I (pengaruh suhu terhadap kerja amilase)
Pada kegiatan I, pengamatan yang dilakukan adalah mengamati pengaruh
suhu terhadap kerja amilase . Pada perlakuan pertama, dimana tabung reaksi yang
berisi air liur dan larutan kanji ditempatkan pada suhu 4
C (pendingin).
Setelah beberapa saat (5 menit) diberi reagen iodine maka peruabahn warna yang
muncul adalah warna hijau (+), warna hijau ini berarti enzim dapat bekerja namun
tidak sempurna.
Pada perlakuan kedua dengan menempatkan tabung
reaksi yang telah berisi air liur dan
larutan kanji pada suhu 25
C, tidak
menunjukkan perubahan warna tetap sama seperti pada suhu 4
C yaitu berwarna
hijau (positive) demikian juga yang
terjadi pada perlakuan ketiga dimana sampel dipanaskan hingga suhu 37
C,
tetap memperlihatkan perubahan warna yang senada dengan kedua perlakuan
sebelumnya yaitu erarna hijau kecokelatan, hal ini menunjukkan bahwa enzim
bekerja namun tidak maksimal.
Hal
tersebut berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa “pencernaan ludah
mengandung amilase ludah (salivary
amilase), enzim pencernaan yang menghidrolisis pati (polimer glukosa dari
tumbuhan) dan glikogen (polimer glukosa dari hewan). Produk utama dari
pencernaan oleh enzim ini adalah polisakarida yang lebih kecil dan disakarida
maltosa dan suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kerja enzim dan
pada suhu 27 oC menunjukkan kerja enzim
yang efektif. Campbell,
Perbedaan
tersebut disebabkan karena kesalahan dalam
pemanasan, pendinginan dan
kesalahan dalam pengeluaran air liur, dimana yang kami dapatkan adalah
ludah bukan air liur. Sebagaimana menurut asisten pendamping, air liur
merupakan cairan yang tidak kental, berbeda dengan ludah yang sangat kental.
Berbeda
dengan perlakuan yang keempat, dimana sampel dipanaskan hingga mencapai suhu 70
C,
memperlihatkan perubahan warna yang
berbeda yaitu berwarna kuning kemerahan (vegative), hal ini menunjukkan bahwa
enzim tidak dapat bekerja secara efektif pada suhu tersebut.
2.
Kegiatan
II (Pengaruh pH pada kerja amylase)
Pada perlakuan dengan menambahkan
larutan buffer, dengan pH 4, setelah diberi uji reagent iodine, perubahan warna
yang terjadi hijau, dan setelah menit ke 30 berubah menjadi kuning berarti
reaksi yang terjadi negative, dan dengan demikian enzim amylase tidak efektif
pada lingkungan dengan derajat keasaman pH
4. Perlakuan kedua yaitu pada pH 7
reaksi yang terjadi menunjukkan warna hijau yang berarti positive pada 5 menit pertama namun pada
menit ke 30 kemudian berubah warna menjadi kuning muda hal
ini berarti bernilai negative, hal
serupa terjadi pada perlakuan yang keempat dengan menggunakan aquades reaksi yang terjadi menunjukkan perubahan
warna yang negatif, namun pada pH 9 reaksi yang terjadi menunjukkan perubahan
warna dari menit ke 5 sampai menit ke 30 menjadi hijau tua, hal ini berarti
enzim amylase bekerja pada derajat keasaman / pH 9 namun tidak sempurna.
Menurut
Kimball, pada manusia, lebih dari satu liter ludah disekresikan ke dalam rongga
mulut setiap hati, terlarut dalam ludah adalah glikoprotein licin (kompleks
karbohidrat protein) yang disebut musin yang melindungi lapisan lunak rongga
mulut dari kerusakan akibat gesekan dan melumasi makanan supaya lebih mudah
ditelan. Ludah mengandung buffer (dapar atau penyanggah) yang membantu mencegah
pembusukan geligi dengan cara menetralkan asam dalam mulut. Zat anti bakteri
dalam ludah juga akan membunuh banyka bakteri yang memasuki mulut melalui
makanan sehingga pada ph tertentu enzim mempunyai kemampuan untuk mengkatalisis
suatu reaksi dan kinerja enzim amylase akan lebih efektif
pada pH netral.
3. Kegiatan III (pengaruh substrat pada keja amylase)
Pada
kegiatan ketiga dimana kami melakukan pengamatan terhadap pengaruh substrat pada keja amylase, kami memperoleh data
sebagai berikut sampel yang diberi dengan arutan kanji 1 % sebanyak 1,2,3,5,da
10 ml memperlihatkan perubahan yang tidak jauh berbeda yaitu perubahan
positive, begitupun dengan sampel yang
diberi dengan arutan kanji 5 % sebanyak 1,2,3,5,da 10 ml dan aquades menunjukkan perubahan yang
positive, hanya pada sampel ke 9 dan 10
yang memperlihatkan warna berbeda yaitu hitam dan abu-abu, namun keduanya juga
berarti positive. Berbeda dengan sampel yang diberi tambahan alkohol dari menit
pertama hingga menit ke 15 memperlihatkan perubahan warna merah yang
berarti negative.
Dari
data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa enzim akan bekerja jika substrat
yang akan dikatalisis itu berimbang, artinya segala sisi aktif substrat dapat
dimanfaatkan oleh enzim, sehingga amilum dapat terurai sempurna. Begitupun
sebaliknya, bahwa jika substrat pada konsentrasi tinggi, maka enzim kana mengalami
kejenuhan sehingga enzim tidak dapat mengkatalisis reaksi tersebut. Menurut “lock and key”. substrat berupa
aquades menunjukkan reaksi yang negatvi pula, begitupun jika substratnya berupa
alkohol perubahan warna menunjukkan perubahan ke arah reaksi yang negative, hal
ini menunjukkan tidak satupun sisi aktif yang dapat dimanfaatkan oleh enzim
dengan alkohol sebagai substratnya.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa: enzim amylase dapat bekerja efektif pada suhu 27°C, dan pH netral hal ini menunjukkan bahwa kerja enzim sangat
dipengaruhi oleh faktor suhu, derajat keasaman, dan konsentrasi substrat dan
dibutuhkan ketelitian di dalam mengambil sampel.
B. Saran
1.
Praktikan lebih
teliti dan berhati-hati dalam melakukan praktikum
2.
Asisten senantiasa mendampingi praktikan dalam melakukan
prkatikum
3.
Ketersediaan alat
dan bahan sesuai dengan kebutuhan praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Enzim.
http:/id.wikipedia.org/wiki. Diakses tanggal 18, Mei 2011
Pagarra,H dan
Adnan. 2010. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
UNM.
Campbell,
Neil A; Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Pagarra,H dan
Adnan. 2010. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA
UNM.
Kimball,
Jhon W. 2000. Biologi Edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi,
Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI.
Jakarta.
Wulangi, S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : DEPDIKBUD
0 komentar:
Posting Komentar